Manusia itu selalu diuji Allah dengan kesusahan atau nikmat yang silih
berganti. Apa saja pergolakan dan perubahan yang berlaku dalam hidup manusia
ini hanya mempunyai dua sifat atau dua bentuk. Ujian kesusahan atau ujian
kenikmatan. Atas kedua-dua bentuk ujian ini, hati perlu menerimanya dengan
betul, yaitu bersabar apabila menerima kesusahan dan bersyukur apabila
dikaruniakan nikmat.
Bersabar itu lebih susah dan lebih berat karena hati melalui kesusahan,
keresahan, tekanan dan penderitaan. Emosi, fikiran dan ketegangan jiwa
terganggu. kebahagiaan hilang.
Bersyukur nampaknya lebih senang dan mudah karena hati manusia berada
dalam keadaan tenang dan gembira, tida ada tekanan atau penderitaan.
Hakekatnya tidak demikian. Allah memberitahukan orang-orang bersyukur
itu sedikit sekali bilangannya.
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang
bersyukur.” (QS.Saba’[34]:13).
Syukur yang bernar itu syukur yang diucapkan oleh lisan, yang dirasakan
atau dibenarkan di dalam hati, dan yang dilaksanakan dalam perbuatan. Di
samping mengucapkan “Alhamdulillah” dan di samping merasakan di hati bahwa
Allah lah yang mengaruniakan nikmat tersebut, nikmat itu mesti digunakan atau
dikorbankan ke jalan Allah.
Kalau kaya, kekayaan itu perlu digunakan ke jalan Allah untuk membantu
fakir miskin, untuk jihad fi sabillah dan untuk kemaslahatan umat Islam
keseluruhannya. Begitulah juga dengan segala bentuk nikmat Allah yang lain.
Semuanya perlu dimanfaatkan ke jalan Allah untuk mendapat keridhaan-Nya.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat.”
(QS. Ibrahim[14]:7).
Syukur seperti ini yang Allah suka dan yang Allah kehendaki. Dia akan
tambah lagi nikmat-Nya, untuk mengganti apa yang dikorbankan e jalan Allah itu.
Dalam bersyukur itu ada tugas, ada kerja dan ada tanggungjawabnya yaitu
menggunakan dan mengorbankan segala nikmat yang Allah karuniakan itu ke jalan
Allah. Nikmat Allah itu perlu diurus dan digunakan pada jalan yang betul.
Dalam bersabar, tidak ada kerja atau tanggungjawab tambahan selain dari
menahan perasaan. Apa yang perlu hanyalah mengaja dan mendidik hati supaya
dapat menerima ketentuan Allah itu dan berbaik sangka dengan-Nya.
Kenapa Allah berfirman bahwa sedikit sekali hamba-hamba-Nya yang mau
bersyukur karena bersyukur itu sendiri bukanlah suatu perkara yang mudah.
Bersyukur itu lebih berat daripada bersabar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !